- gambaronline.com
"Bawa anak-anakmu kemari..."
"Jangan main kerumah dia, dia tidak suka sama anak-anakmu.."
"Biar anakmu yg satu tinggal dirumah mama aja.."
"Duh, aku kan ibunya. Aku ini sudah dewasa, sudah berkeluarga. Kenapa masih mengaturku sih? Bukannya aku tidak mau menghormati orang tuaku sendiri, tapi please deh. Aku ini sudah mempunyai kesibukan sendiri, aku ibu rumah tangga, dan aku bisa mengaturnya sendiri."
Dita bergerutu dan menguluh dengan dirinya sendiri sambil mendengarkan ocehan-ocehan mamanya.
Dita bergerutu dan menguluh dengan dirinya sendiri sambil mendengarkan ocehan-ocehan mamanya.
***
Hidup dita mulai bahagia setelah anaknya dilahirkan kedunia ini. Anaknya adalah surganya. Anaknya adalah kebahagiaannya.
Sejak kecil orang tua dita sudah berpisah. Ya, dita ini anak terlahir dari keluarga yang cerai berai. Bukan dita saja yang merasakan pahitnya dan kecewa dengan keadaan ini, ketiga kakaknya pun merasakan kekecewaan itu. Saat itu umur dita baru saja berumur 3 tahun. Dan.....
"Dita, ikut mama ke kampung ya." Kata mama pada saat itu.
"Dita, ikut papa jalan-jalan yuk." Kata papa didepan teras bersama kakakku yang ingin pergi meninggalkan rumah.
Pada saat itu dita bingung, papanya ingin dita ikut dengannya. Sedangkan mamanya juga ingin bersama dita. Sehingga terjadilah perebuatan, perdebatan dan pertengkaran antara kedua orang tua dita. Pertama kalinya dita merasa tertekan melihat orang tuanya bertengkar hebat sambil menarik-narik tangan dita dengan kerasnya.
"Oh Tuhan.. Kenapa terjadi pada diriku ini?"
Semenjak kejadian itu dita selalu merasa tertekan sehingga bathinnya terasa sakit, lelah dan terluka.
Dita kecil, selalu berpindah-pindah tempat. Pertama dita tinggal di rumah yang dulu ditempati kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya. Sekarang hanya dita dan ibunya yang menempati rumah ini.
"Sepi.. Tak ada kawan yang menemaniku."
Terkadang dita juga harus diasuh oleh tantenya. Kadang dita dikuncikan di dalam rumahnya sendiri karena ibunya harus bekerja untuk mencari sesuap nasi dan membiayai kehidupannya. Pertama kali saat dita ditinggal ibunya untuk bekerja, dita merasa takut dan gelisah sehingga dita menangis dan menangis dan terus menangis. Dita pun berteriak sekuat tenaganya tanpa henti.
"Mama jangan pergi!"
"Mama jangan tinggalin aku sendiri!"
"Mama jangan kunciin aku!" "Huaaaaaaa!!!"
Hari berganti hari, dita masih bertahan membiasakan diri dengan kesendiriannya. Sehingga dita pun menjadi anak yang mandiri dan tidak takut lagi.
Pada saat usia dita 9 tahun, dita diambil ayahnya dan diasuh oleh ayahnya. Akhirnya dita kembali tinggal bersama ayahnya dan kakak-kakaknya dan tanpa ibunya. Awalnya dita merasa bahagia, merasa tidak kesepian lagi. Tapi ternyata itu hanya sesaat saja, kebahagiaan yang hanya sesaat saja. Kala itu, ayah dita sudah menjadi seorang yang lebih mapan dan sangat berkecukupan. Apa yang anaknya pinta pasti dituruti oleh ayahnya. Dan kasih sayang itupun membuat dita bahagia. Ya, Bahagia. Bahagia untuk sementara.
Tahun berganti tahun, dita sudah terbiasa tinggal di istana ayahnya. Sehingga ketika dita mulai meranjak remaja kakak-kakaknya pun meranjak dewasa dan rumah ini menjadi sunyi sepi kembali. Satu demi satu sudah menyibukkan dirinya sendiri sehingga dita yang sekarang merasa sangat kesepian. Ya, kesepian di rumahnya sendiri karena ayahnya selalu pulang malam. Begitu juga dengan kakak-kakaknya pulang hingga larut malam.
***
Hari ini dita terlambat masuk sekolah. Hanya seling 10 menit saja pintu pagar sekolah sudah tertutup rapat.
"Pak Min, tolong bukain pintunya donk... Saya janji besok gak telat lagi... Plissss.."
"Kamu lagi Dit.. Dah berapa kali minggu ini telat?? Saya ndak mau bukakan ahh, nanti Pak Ujang marah sama saya.."
"Yah Pak Min...."
"Sudah sana, kamu pulang lagi aja kerumah Dit... Hush... Hush..."
Satpam sekolah dita mengusir dan menyuruh dita untuk pulang, karena dita sudah beberapa kali terlambat sekolah dalam minggu ini. Dita pun bergegas ke samping gedung sekolahannya, ada pintu samping yang masih terbuka. Walau dita harus memanjat pagarnya, tapi tak masalah baginya. Dita menarik rok panjangnya sambil memanjat dan menaikan pagar gedung samping sekolahnya ini. Dan akhirnya dita pun berhasil memanjat pagar yang lumayan tinggi itu...
"Huihhhh..."
Setelah dita berhasil turun dari pagar itu, dita pun terkejut... Dan....
"Aduhhh... Duhhh... Duhh... Sakitttt Pakkkk.... Sakittttt..."
"Telat lagikan kamu... Tak kapok-kapok juga ya... Kamu perempuan atau laki-laki? Pake manjat-manjat segala... Kamu itu pake rok..." Sosok Pak Ujang menghampiri dita sambil menjewer telinga dita.
"Heheheh... Iya Pak... Hmmm... Besok gak degh Pak... Janji... Ijinkan saya masuk ya Pak... Yah... Yah... Yah...?"
"Sudah sana langsung masuk kelas..."
"Makasih Pak..."
Akhirnya dita pun diperbolehkan masuk tanpa syarat apapun dari Pak Ujang. Pak Ujang memang baik terhadap dita, karena beliau adalah teman ayahnya. Pak Ujang juga menyayangi dita sebagaimana beliau menyayangi anaknya. Maklumlah Pak Ujang tidak punya anak perempuan, Pak Ujang hanya mempunyai seorang anak laki-laki saja. Beruntunglah dita, setidaknya kepala sekolah itu perduli juga dengan dirinya.
Di bangku sekolah menengah pertama inilah dita merasakan kebahagiaan dan kenikmatan yang semu..
Semu???
Di bangku sekolah menengah pertama inilah dita merasakan kebahagiaan dan kenikmatan yang semu..
Semu???
Bersambung...
Wih.. bersambung :)))
ReplyDeleteMak, mau kasih masukan dikit yaaa... Boleh?
Penggunaan tanda bacanya masih banyak yang perlu diperbaiki. Penggunaan "di" sebagai kata depan dan awalan juga perlu dibedakan :D Juga huruf kapitalnya.
Hahahaha... sok teu mah si Carra..
Semangaaatt...
Wah ada suhu fiksi mengunjungi lapakku.. Senangnya.. Makasih banget mak masukannya fiksi ini spontan dibuat tadi malam sambil ngantuk2.. setelah ending cerita otakku malah ngeblank ga bisa mikir lagi alhasil bersambung tapi gak teu sambungannya kpn.. :P Ajari aku berfiksi dengan tanda baca baik dan tepat ya.. memang diriku ini agak suka ngasal and nyeleneh.. wkwkwkwkwk... but anyway, thx again mak carra caem.. muachhh..
ReplyDelete