Saturday, June 13, 2015

Tak Terlihat


Satu bulan yang lalu, ku sangat senang menyambutnya. Ku melambaikan tangan kepadanya seolah kita jarang bertemu. Iya di bandara ini ku temui dirinya, ku menanti hingga pesawat yang dia tumpangi tiba. Entah mengapa hatiku terasa berdebar dan berbunga-bunga saat menanti kehadirannya.

***

Aku terasa sangat senang, senang seperti bidadari yang jatuh di tumpukkan beribu-ribu bunga. Memandangi langit biru yang cerah dan bersahaja, menyentuh ilalang-ilalang yang lembut dan sangat kurasakan sentuhan di jari-jemariku.

Aku senang karena memiliki kursi tua yang sama denganmu. Melihat anak-anak bermain sambil tertasa lepas, menyaksikan anak-anak mencoba satu persatu kursi tua itu. Sekilas ku berfikir, esok hari adalah masa depan anak-anakku. Tapi bagiku hanya hari yang lain.

Anak-anak semua berkumpul di sekitarku, dan selalu menyebutkan namaku. Ternyata mereka selalu tahu nama kesayanganku. Kita tertawa lepas, bercanda, dan menceritakan beberapa lelucon. Lelucon yang sangat membuat hatiku geli, lelucon yang sangat membuat hatiku bahagia.Tapi sayang, lelucon itu masih tidak meringankan rasa sakitku

Tapi sekarang aku ingin merasakan pergi untuk berjalan-jalan, mungkin ke taman seperti dulu yang sering kita lakukan. Mononton film-film di layar lebar, atau makan bersama di sebuah restoran mewah sambil mendengarkan alunan musik beralirkan Jazz R&B.

Yah, aku tahu aku tak bisa melakukan seperti itu lagi. Aku juga tak bisa bersembunyi dari memori itu
meskipun hari demi hari ku mencoba menghilangkannya.

Aku terus bilang "dia akan kembali"
"Pasti dia akan kembali"

Tapi hari ini, lagi-lagi ku berbohong seolah dia muncul di depanku. Tak ada dia yang ada hanyalah anak-anak yang sudah tumbuh dewasa didekatku.

Ku melihat wajahnya di mana-mana lalu pergi dan menghilang.

Apakah kau melihatnya?

Katakan padaku, apakah kau melihat dia?

Aku mendengar jelas suaranya bagaikan angin dingin yang bertiup

Apakah kau mendengarnya?

Katakan padaku, apakah kau mendengar dia?

Mengapa?

Apakah dia harus meninggalkanku begitu saja lalu pergi?

Aku ingin bersandar di pundaknya yang keras itu, Aku ingin dia peluk seperti saat itu, aku ingin keningku dikecup dia ketika malam tiba lalu tidur bersama.

Dan semua itu menghilang, cepat menghilang yang ada hanya tetesan air dari kamar mandiku yang terdengar sekarang.

Oh, lagi-lagi dia meninggalkan ciuman pada bibirku, ku melihat tangannyanya menjangkau diriku. Kadang tangan itu dekat denganku, kadang terlepas bebas. Dan kau meninggalkan istirahat dalam hatiku.


Hari lain berakhir, ku mencarimu, mencari surat atau sesuatu. Dan berharap pasti kau pun akan mengirim ku sesuatu. Aku berfikir, aku memiliki dia di telapak tanganku.

Pernahkah kau melihat dia?
Katakan padaku, apakah kau melihat dia?

Apakah kau melihatnya?
Katakan padaku, apakah kau melihat dia?


"Tidak Momma, dia sudah pergi. Poppa sudah pergi ke surga, dan Momma tahu jelas itu. Cepat kau habiskan obatnya agar nanti bisa tertidur nyenyak dan nyaman."

"Selamat tidur Momma, mimpi indahlah kita selalu kan menjagamu dan selalu menemanimu disini.

***

No comments:

Post a Comment