Kali ini saya ingin mengulas sekaligus mengomentari novelnya yg berjudul Re: Ya saya memang bukan ahli dalam mengomentari sih tapi novelnya ini sangat layak dibaca.
Base on true story dikemas cantik secara fiksi. kisah ini konon katanya diambil dari skripsi kriminologi Kang Maman kuliah dulu. Kang Maman yang harus berjuang kerja untuk membiayai kuliahnya ini akhirnya bertemu dan berteman dengan sosok perempuan ini.
Pertemuan dengan perempuan ini mengubah jalan hidup Kang maman, kisah hidup perempuan yang berliku ini pun membuat Kang Maman terlibat hingga jauh ke dalamnya.
Membaca buku Kang Maman sangat membuka mata saya lebar-lebar, dan bahkan saya membaca bukunya hampir berkali-kali karena saya merasakan pedihnya. Dan saya selalu membayangkan apa jadinya jika saya menjadi seperti Re tokoh yang diceritakan di buku tersebut.
"Panggil aku: Re:!”
“Pekerjaanku pelacur!”
“Lebih tepatnya, pelacur lesbian!”
Re: seorang perempuan yang hamil diluar nikah dengan kekasihnya. Re: harus berjuang demi kelangsungan hidupnya. Dan akhirnya Re: terjerumus dalam kehidupan atau dunia yang penuh dosa atau dunia yang sangat kelam. Dunia pelacuran yang penuh dendam dan kematian.
Jika membacanya pun kita akan terbawa dengan suasana tersebut. Sedih hingga harus meneteskan air mata. Memang tidak sama dengan perempuan-perempuan lain yang mengalaminya, tapi cerita di buku ini sangat pedih, lirih, dan menyayat hati.
Tutur kata Kang Maman di buku ini membuat saya sangat terpukau. Sumpah fiksinya ini keren banget. Ini serius gak bohong, jujur kata-kata yang dikemasnya sangatlah apik. Buku ini menurut saya sukses dan layak dibaca. Terhibur dan tidak membosankan untuk membacanya.
***
***
Saat ku menangis,
Berarti sedang mengeluarkan isi hatiku...
Karena aku perempuan,
Menangis adalah senjata terakhirku...
Bukan berarti aku ini lemah,
Karena aku tak bisa lagi untuk pura-pura kuat..
Aku bukan mahluk yang menyusahkan,
Bukan pula mahluk yang selalu menuntut,
Dan bukan mahluk yang ingin selalu dimanja..
Badai menghantam,
Ku pastikan ku tetap tegar...
Rasa sakit mendera,
Ku tetap kuat...
Aku adalah perempuan,
Mahluk yang mengerti...
Saat ku menangis,
Karena aku tak bisa lagi membendung air mata ini,
Aku tak bisa lagi menahan perasaan ini...
Perasaan,
Sangat perih,
Sangat lirih,
Sangat terguncang..
Melihat kepalsuan,
Kemunafikkan,
Dan pertentangan...
Aku tak menuntut banyak,
Kecuali pengertian...
Karena aku,
Aku adalah perempuan....
No comments:
Post a Comment