Friday, February 10, 2017

Cermin : Pertemuan Terakhir


Di tempat yang sama ku menunggu kehadiranmu. Entah sampai kapan ku kan menunggu. Tempat ini sama sekali tidak pernah berubah. Di bangku ini, sudut ini dan dekat jendela inilah tempat yang selalu menemani canda tawa kita. Masih terasa jelas senyuman khasmu itu.
Hampir tiap bulan dalam tanggal yang sama dan jam yang sama kita selalu bertemu. Di tempat ini kita selalu bertemu, tempat favorit kita.

Pesanan minuman tak pernah berubah hot coffee latte untukmu dan hot chocolate untukku. Cemilan pun selalu memesan yang sama singkong goreng mayonaise.

Ini tahun ke lima, tanggal yang sama dan jam yang sama. Pertemuan ini aku hanya menunggumu. Menunggu dan menunggu. Aku selalu setia menanti kehadiranmu. Sampai tak sadar mataku terpejam.

***

Tahun ke empat sebelum  perpisahan terjadi.

Canda gurau dirimu yang selalu menghiburku saat itu menghilang. Kau tak seperti orang yang ku kenal, sesekali tanganmu menyentuh wajahku. Dan kau pun membelai rambutku yang panjang ini. Tapi aneh malam ini tatapanmu dan padangannmu sangat kosong.

"Kenapa sih ay? Kok kamu lihatin aku seperti itu? Melihatku seperti aneh gitu sih..."

Ku bertanya padamu, tapi kau hanya membalas dengan senyuman terpaksa.

"Mau cerita sesuatu dengan ku ay?"

"Ada apa ay?"

Sesaat tempat ini menjadi hening  aku pun tak meneruskan pertanyaanku kepadanya. Dan hingga akhirnya kau pun mulai berbicara.

"Al, istriku sudah tau dengan hubungan kita selama ini. Jika aku tak mengakhiri semua ini istriku akan menyakitimu. Aku gak mau dia menyakitimu."

"Iya udah lah ay, aku ngerti ko.. Dari awal kita kan sudah komit tak akan ada perasaan diantara kita. Kita hanya menikmati permainan ini saja kan?"

"Tapi al, perasaan ini tumbuh begitu saja. Memang awalnya aku hanya menikmati permainan ini. Tapi lama-kelamaan rasa cinta ini hadir dan tumbuh begitu saja untukmu. Aku benar-benra mencintaimu.. Aku ingin hidup bersamamu.. Kamu tau kan aku sudah gak bisa lagi mencintai istriku."

Aku pun hanya terdiam dan gelisah. Perasaanku memang sama dengannya. Ya aku menyayanginya tapi aku lebih mencintai suamiku dan anakku. Tapi aku menikmati semua apa yang kita lakukan di senggangnya waktu. Aku menyukai seperti ini.

"Ay, kita kan gak mungkin bersatu. Kamu juga itu kan? Aku sudah punya keluarga, aku punya kehidupan yang bahagia dengan keluarga kecilku. Dan gak mungkin aku meninggalkan keluarga. Dengan mu aku memang menikmati, karena saat itu aku jenuh bersama suami. Hanya sebatas itu."

"Al, aku mau denganmu.. Bisakah kita bersatu? Aku membutuhkanmu.."

"Please ay, jangan begini, aku gak suka kamu yang begini.. Kamu yang cengeng.. Kita gak mungkin bersatu.. Kita bahagia seperti ini.. Kamu yang bilasng seperti itu padaku.. Main kan saja peran kita ay.."

"Al, beri aku kesempatan untuk tetap disisimu.. Kita rencanakan sesuatu agar kita bisa selalu tetap berdua.. Dan..."

"Gila kamu ay, aku gak pernah berfikir jauh seperti apa yang kamu fikir kan. Kita hanya bersenang-senang saja."

Aku langsung beranjak dari tempat duduk dan pergi meninggalkanmu begitu saja.

"Al, tunggu.. Al jangan pergi.. Jangan meninggalkanku.."

Kau pun meraih tanganku tapi ku tak perduli, tak perduli panggilanmu. Aku pun bergegas meninggalkan cafe ini.

***

"Bu, maaf cafenya sudah mau tutup."

Tersentak aku terbangun karena pelayan cafe membangunkanku. Pelayan itu pun lalu meberikan secarik kertas kepadaku.

"Ada yang menitipkan pesan ini untukmu."

Lalu pelayan pun meninggalkanku. Langsung saja ku buka dan ku baca isi pesan itu.

-- Keparat, kau hancurkan semuanya!!!
   Kau hancurkan keluargaku!!!
   Karena kamu suamiku meninggal!!!
   Kau merusak kebahagiaanku!!!





No comments:

Post a Comment