Melukis atau menggambar adalah hobi yang sangat digemari oleh anak-anak. Dulu kita belajar melukis, harus menghabiskan banyak kertas. Bahkan buku tulispun jadi sasaran untuk menggambar. Gak pandang bulu, tembok pun menjadi tempat pelarian. Pokoknya apa saja bentuknya yang bersih pasti kita libas tuk dilukis.
Namanya juga masih anak-anak, sah-sah aja kali yaaa. Keinginan menulis dan menggambar gak bisa ditahan. Yang ada, orang tua kita ngomel-ngomel. Itulah masa kecil penuh kenangan.
Lain dulu lain sekarang, kadang buku orang tua di libas dengan coretan dan gambar si anak. Tapi tetap tembok rumah pun jadi sasaran juga oleh anak-anak kita menggambar. Tapi mungkin agak berkurang ketika kita memperkenalkannya dengan komputer.
Seperti misalnya mengajarinya dengan software bawaan windows, Mircrosft Paint. Yang tadinya harus mengorbankan kertas dan tembok, sekarang bisa menggambar melalui komputer. Mouse harus rela diganti berulang kali demi anak belajar menggambar.
Belum lagi kalau si anak kesal karena gak bisa menggunakan mouse untuk mengarahkan pointer pada tempat yang diinginkannya. Kitalah yang kerepontan sendiri.
Cape deghhh....
Begitulah suka dukanya ketika memulai mengajarkan anak dengan komputer, khususnya beberapa software menggambar.
Saya sendiri sempat dibuat kewalahan, ketika itu Cita (anak pertamaku) saya ajarkan menggambar di Komputer.
Awalnya memang sulit, namun entah bakat kesabarannya turun dari siapa, sehingga Cita bisa belajar dengan lancar mengarahkan pointer mouse. Sebetulnya bakat menggambar Cita sudah terlihat sejak kecil, Cita suka sekali dengan yang namanya kertas dan sepidol. Coret lagi, coret lagi dan coret lagi. Bahkan Cita sempat Juara mewarnai waktu playgroup dulu. Duh senangnya...
Wkwkwkwkwk...
Semenjak Cita tau kalo menggambar bisa di komputer, wahhh makin semangat dan tertarik lagi dia. Setelah mengenal beberapa software yang saya berikan kepadanya, Cita pun mulai senang membuat beberapa gambar dengan berbagai bentuk. Misalnya rumah, pohon, kendaraan, dan tentunya gambar orang.
Walau awalnya gambarnya gak bergitu beraturan, namun saya cukup senang, Karena hasil menggambar Cita gak harus dinilai dari bentuk yang dihasilkan. Namun terlebih imajinasi yang dituangkannya.
Mulai dari banyaknya object sampai dengan permainan warna. Mungkin karena turunan mommynya kali yaa (geer dikit) makanya Cita memiliki kepekaan dalam seni.
Eh... jangan-jangan mungkin juga popnya memiliki bakat yang sama.
Hmmmmmmmmmm (mikir lama), o iyaa suami saya juga suka juga ternyata.
Bhuehueheuheueh...
Berarti Cita itu perpaduan kita berdua yang pastinya..
Wkwkwkwkkwkw...
Singkat cerita, saat ini Cita sudah cukup mahir menggunakan beberapa software menggambar. Sayapun senang, suami juga ikut-ikutan senang. Tapi jadi mikir sekarang, bagaimana menyalurkan hasil-hasil karyanya ya?
Bhueheuheuhe...
Secara emak-emak getoo loch pengen sekali anaknya punya hasil karya di tunjukan ke semua orang. Boleh donk sekeluarga narsis...
Wkwkwkwk...
Yaa sutrahlah, suatu saat nanti mungkin terwujudkan. Yang pasti sekarang saya bisa berbagi bahwa anak juga bisa berkerasi dengan menggunakan komputer atau produk teknologi lainnya.
Gak harus memaksanya menyalurkan hobi di luar rumah. Itung-itung pengawasan saya di rumahpun bisa maksimal sambil menemani kedua adiknya.
Semoga saja Cita tidak bosan dan terus meningkatkan bakatnya hingga dewasa. Tapi saya juga gak bisa memaksakannya, biarlah dia berkembang apa adanya. Namun jika dia menyukainya, saya gak keberatan, Cita boleh memilih menjadi seniman atau arsitektur kelak.
Ya begitulah seorang ibu, ingin yang terbaik untuk anaknya. Saya rasa juga semua orang tua memiliki cara yang lain untuk menyalurkan bakat dan prestasi anak. Saya tetap memberikan dukungan apapun itu, banyak cara dan banyak jalan. Semoga anak-anak kita kelak dapat memanfaatkan teknologi secara tepat untuk menyongsong masa depannya.
No comments:
Post a Comment